Kelas. : 4EB21
NPM. : 20211458
Akuntansi International
Artikel Tentang Suku Bunga Perbankan Terlalu Tinggi
BI Diminta Turunkan Suku Bunga
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia pada Kamis (15/1) ini mengadakan rapat dewan gubernur. Salah satu agendanya adalah membahas tingkat suku bunga acuan (BI Rate). Para ekonom dan analis yang dihubungi menyatakan, tingkat suku bunga acuan akan tetap berada pada level 7,75 persen.
Malah Bank Indonesia (BI) seharusnya sudah berancang-ancang menurunkan suku bunga. ”Sebenarnya tingkat suku bunga yang sekarang terlalu tinggi,” kata ekonom Bahana TCW, Budi Hikmat.
Dia membandingkan tingkat perkiraan inflasi sebesar 5 persen dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,8 persen.
Menurut Budi, bank sentral yang akomodatif tidak akan mematok tingkat suku bunga terlalu jauh dari inflasi. ”Tetapi, kami memahami, langkah BI tersebut dimaksudkan untuk stabilisasi rupiah,” ujarnya.
Dia melanjutkan, penurunan tingkat suku bunga dapat dilakukan jika rasio defisit neraca berjalan sebesar 2,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) dibandingkan dengan posisi saat ini sebesar 2,9 persen.
Ekonom ANZ Bank, Daniel Wilson, menyebutkan, laju inflasi akan melambat, turun jauh dari 8 persen pada akhir tahun ini. ”Penurunan tersebut dapat membuat BI memangkas tingkat suku bunganya pada semester kedua tahun ini,” kata Wilson.
Wilson mengatakan, kombinasi dari beberapa kebijakan Presiden Joko Widodo dan terus menurunnya harga minyak mentah dunia menjadi salah satu pertimbangan revisi perkiraan beberapa angka ekonomi untuk Indonesia.
Tetap optimistis
Walaupun ada tekanan eksternal dari pelemahan ekonomi global, ANZ tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II-2015 dan 2016.
”Dasarnya adalah investasi pada sektor infrastruktur dan belanja publik yang memberikan ruang fiskal dari pemangkasan subsidi minyak,” kata Wilson.
Wilson menambahkan, neraca berjalan dan inflasi akan menjadi penerima keuntungan paling besar dari beberapa kebijakan pemerintah dan penurunan harga minyak.
Defisit neraca berjalan akan mengecil karena harga minyak global sudah terpangkas separuh. Defisit perdagangan minyak dan gas tahun lalu mencapai 12 miliar dollar AS. Defisit fiskal juga menyempit karena alokasi subsidi minyak yang dialihkan ke permodalan.
Perbaikan defisit kembar akan membawa Indonesia menjadi lebih baik dan berdaya tahan terhadap ancaman keluarnya modal ketika Bank Sentral AS menaikkan tingkat suku bunga tahun ini.
Budi menilai, walaupun di tengah situasi ekonomi global yang belum baik, ada beberapa celah yang dapat dimanfaatkan Indonesia.
Dari data Bahana, dalam data perdagangan antara AS dan negara lain, ternyata Indonesia menempati urutan kedua pemasok barang-barang aneka industri. Urutan pertama ditempati Tiongkok yang menguasai 98,2 persen pangsa pasar perdagangan dengan AS.
Di tempat kedua, Indonesia memiliki persentase yang jauh di bawah Tiongkok, yaitu 6 persen. ”AS merupakan pasar utama kita untuk ekspor produk aneka industri yang padat karya. Jika ini dapat dikembangkan, tentu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja,” kata Budi.
Di sisi lain, indeks kinerja logistik Indonesia ternyata sangat tinggi. Biaya logistik tercatat sekitar 27 persen dari PDB.
Solusi untuk menurunkan suku bunga, menurut saya;
1. Pemerintah harus segera mungkin menurunkan tingkat inflasi di Indonesia
2. Memanfaatkan peluang di pangsa international untuk meningkatkan pendapatan negara
3. Meningkatkan Infrastruktur di Indonesia agar para Investor tertarik membuka usaha di Indonesia
4. Mensejahterakan masyarakat dengan cara salah satunya subsidi tepat sasaran
5. Pemerintah harus mengurangi defisit tahunan negara
Sumber :
http://print.kompas.com/baca/KOMPAS_ART0000000000000000011399977